Cha's Corner

Aku Memang Begitu Orangnya~

Yo, aku kembali sejenak untuk menilik lapak yang kini berdebu. *lambai-lambai sambil ketawa nista pakai TOA*

Terakhir kali aku posting adalah tentang postinganku yang akhirnya mencapai 100, ya? Dan, setelah itu, aku menghilang lagi. Ya, maklumilah saja, aku ini makhluk ajaib. Suka menghilang di dunia maya maupun nyata. Cha memang begitu orangnya dari dulu. Kalau mengutip kata-kata Nisa (2015) “—saking ajaibnya, mbak Cha ini makhluk yang perlu dijaga dan dilestarikan supaya tak punah”. Hasyem, berasa aku makhluk langka saja. *sigh*

Baiklah, mari berhenti meracau. Biasalah, pagi-pagi begini waktu yang pas buat menulis random. Pas banget. Ide dan semangat meracau baru dalam tingkat tertinggi! Wuhuu~ Oke, stop! Keut! Sekarang juga, berhenti!

Sejujurnya, aku ingin menulis random *baca: meracau* karena pagi ini, begitu bangun, aku mendapati notification email kalau Ai posting sesuatu. Racauan juga sebenarnya. Begitu baca, langsung gatal ingin meracau juga. Eh—Sungguh alasan yang aneh.

Sejujurnya, aku memang sedang gatal menulis. Selain Ai yang barusan posting, beberapa waktu yang lalu, Andis juga habis posting cerita. Terus Vava bilang lagi melanjutkan proyek menulisnya, Kriz baru punya ide cerita, begitu juga dengan Hesti yang berencana mengisi minggu ini dengan menulis. Ya, meskipun aku yakin 100% kalau tulisan Hesti akan tetap berbau akademik seperti biasa sih. Oh my God, berapa orang yang sudah kusebut namanya di sini? Ini bukan mencatut, kan, ya? Apa perlu ditulis credit? Kekeke~

Sementara aku? Dua minggu ini, aku sibuk main game. Ya, ngegame sampai lupa waktu, dari pagi hingga malam. As your information, aku ini kalau baru main game akan fokus melakukannya sampai berhari-hari. Ya, Cha memang begitu orangnya. *ketawa nista*

Jadi, ceritanya, dua minggu terakhir, aku fokus main 2 game NDS. Yang pertama judulnya A.S.H *kepanjangannya lupa* kemudian minggu ini, aku menyelesaikan Saga 3 yang benar-benar butuh perjuangan hebat *elap keringat*. Untung aku memutuskan untuk benar-benar stop setelah game ini. Padahal, masih ada beberapa game yang belum kumainkan hingga selesai. Ups—Kalau Dila tahu, pasti dia bakal mencak-mencak. *nyatut nama lagi* Kekeke

Ya, perlu dimaklumi, aku ini suka main game hingga selesai—sekalipun itu butuh waktu berjam-jam hingga berhari-hari—karena aku ingin tahu plotnya sampai akhir. Tahu sendiri aku suka main RPG, jadi pasti gamenya panjang dan lama. Lagi pula, plotnya pasti menarik dan selalu membuat penasaran. Sebagai informasi *lagi*, selama ini, aku kan belajar menulis fantasi dari situ. Sejujurnya, untuk kasus RPG, biasanya aku memakai bantuan action replay alias cheat alias curang ketika main game sih. Tapi, semua itu demi bisa tahu bagaimana perkembangan plot sampai akhirnya. Cuma itu. Lagi pula, kalau aku main jujur, bisa-bisa aku menghabiskan waktu lebih dari seminggu dan itu akan semakin parah. Jadi, demi kebaikan bersama—eh—aku melakukan tindakan curang. Kekeke. Jangan ditiru, ya? Maklumi saja, Cha memang begitu orangnya. *angguk-angguk*

Nah begitulah. Aku sudah memutuskan berhenti dulu main game. Aku harus menulis. Ya, harus menulis sesuatu. Jiwa kompetisi dan tak mau kalahku bangkit gegara orang-orang yang kusebutkan tadi. Mereka menulis, mengapa aku malah main game? Mereka menggunakan keyboard untuk mengetik sesuatu, mengapa aku menggunakannya untuk yang lain?

Tidak bisa. Ini tak bisa dibiarkan. Aku harus menulis. Aku tak boleh kalah. Yosh! Semangat! Semangat!

Lagi pula, aku sebenarnya tengah menulis satu ficlet berjudul The Ex yang belum kuselesaikan. Aw, padahal tinggal sedikit lagi lho. Tapi, gara-gara game, ya begitulah. Kasihan kasihan nasibmu, Nak. *elus-elus laptop*

Ngomong-ngomong ficlet ini ya, sebelum aku berkutat dengan game, aku baru demen menulis ficlet. Tak sepenuhnya ficlet sih, hanya cerita fiksi pendek dengan tokoh fiksiku—yang terkontaminasi oleh tokoh nyata—. Sungguh, benar-benar tak biasanya aku menulis cerita pendek semacam itu. Biasanya juga cerita panjang yang tak jelas kapan berakhirnya. *lirik CBTM, GWFIL dan naskah fiksi lainnya yang menumpuk di laptop*

Nah, sejujurnya, aku ingin posting beberapa ficlet itu di sini. Tapi oh tapi, er, bagaimana aku menjelaskannya? Ya, begitulah. Lain kali saja mungkin. Kekeke. Cha kan memang begitu orangnya. Yang pasti, aku hanya ingin terus menulis dulu. Membiasakan jari-jariku menari di atas keyboard untuk tujuan yang benar. Eh— *ketawa nista untuk kesekian kali*

Ya sudahlah, seperti biasa, aku menulis dengan tidak jelasnya di sini. Lapak ini bagaikan tempat curhat alay, tempatku bebas berekspresi dan menceritakan apa pun. Tempatku berbicara sendiri, sekaligus tempat sampah. Eh—Jahat banget diriku menyebut lapak ini sebagai tempat sampah. Kekeke. Aku tahu sih sebenarnya postingan ini tak penting, tak bermanfaat pula. Padahal, postingan yang baik adalah postingan yang bermanfaat bagi orang lain. Kekeke. Ben lah, rapopo. Mung pisan pindho kok. *ngeles*

Aku mau pamit dulu ah melanjutkan ficlet dan tulisan-tulisanku yang lain. Pokoknya, aku harus menulis sesuatu! Harus! Jangan main game terus! Aku tak boleh kalah dari teman-temanku yang terus menulis! Yosh, hwaiting, ganbatte, semangat! *menyemangati diri sendiri ala cheerleaders*

Pyooong~ *hilang di balik selubung asap*

Leave a comment